Banyak mitos yang beredar di masyarakat berkaitan dengan berang-berang. Jika ditanyakan tentang berang-berang, sebagian besar masyarakat lokal akan menyatakan bahwa hewan ini tidak memiliki anus, dan buang air lewat mulutnya (dimuntahkan). Mitos ini berkembang dikarenakan bentuk kotorannya yang memang khas, yang masih memiliki sisa-sisa hewan mangsa yang tidak bisa tercerna seperti sisik ikan, tulang-tulang, bulu dan materi sisa dari hewan mangsanya.

Jadi memang mirip seperti muntah. Jika setelah makan ikan maka akan keluar feses berupa kumpulan tulang-tulang ikan dengan tekstur yang berlendir dan bau yang sangat amis sekali. Dari literatur, jalur pencernaan hewan ini sangat cepat sekali, makanan akan keluar setelah 2 jam ! Inilah jawabannya jika ada yang menanyakan kenapa mirip seperti muntah. Dari kotoran ini sebenarnya bisa dianalisa apa saja hewan yang dimakannya, bahkan untuk ikan bisa diidentifikasi sampai tingkat jenis dengan melihat bentuk dan pola sisik ikan, sehingga dapat diketahui apa jenis yang lebih disukainya.

Daftar isi konten dalam artikel ini

1. Feses mirip muntah

Feses berang-berang yang mirip muntah dengan berbagai materi sisa hewan mangsanya yang tidak tercerna. Mitosnya lagi, sebelum muntah, berang-berang ini membutuhkan rangsangan agar terjadinya muntah. Mereka akan menggosok-gosokkan bagian pantatnya yang tidak beranus ke rumpun padi. Tanda patah-patahnya rumpun padi ini sangat dikenal oleh petani. Dan setelah itu baru muntah di dekat daerah tersebut, biasanya setiap ada muntahan akan ada terlihat rumpun padi yang patah-patah di dekat daerah tersebut.

Umumnya tingkah laku merusak rumpun padi ini dilakukan ketika musim padi menyiang dan padi bunting. Kenapa berang-berang ini merusak rumpun padi ? Menurut Hans Kruk, seorang ahli berang-berang dan pembuat buku tentang berang-berang, Berang-berang dan kebanyakan hewan mammalia lainnya suka menggosokkan badan. Kalau ada yang punya kucing akan pernah melihat kucing yang suka menggosokkan badannya dan kucing yang menggelinding-menggelinding dan menggeliatkan punggungnya diatas pasir. Nah seperti itu jugalah berang-berang ini.

2. Kerusakan rumpun padi

Konon kabarnya, berang-berang juga memiliki batu mustika yang berkhasiat supaya pemakainya bisa berenang selincah berang-berang. Batu ini biasanya akan keluar melalu muntahnya (buang air besar), karena tidak ingin kehilangan batu mustikanya, berang-berang akan mencari kembali batu tersebut diantara tumpukan kotorannya sehingga kotorannya tersebut diacak-acaknya. Memang berang-berang ini suka mengacak-acak kotorannya sendiri, khususnya untuk jenis berang-berang cakar kecil (Aonyx cinereus), entah apa tujuannya. Diperkirakan hal ini dilakukan sebagai tingkah laku menandai teritorinya.

3. Pencaran feses

Sebagai tambahan infonya, sawah yang dirusak oleh berang-berang adalah sawah dari orang yang tidak menghargai beras. Yang dikatakan tidak menghargai beras misalnya, makan bersisa kemudian dibuang-buang, apalagi katanya jika membuang-buang nasi ketika sedang makan di sawah ketika bekerja. Sebenarnya ini termasuk kearifan lokal yang bijak yang memiliki pesan yang positif. Jika dilihat tingkat kerusakannya, berang-berang hanya merusak sekitar 4-8 rumpun, dan rumpun ini pun masih bisa tumbuh kembali.

Selain mitos yang beredar di masyarakat lokal, ternyata ada juga mitos yang beredar secara formal dan katanya ilmiah, yang hal ini telah menyesatkan banyak orang. Mungkin se-Indonesia, yaitu mitos yang mengatakan bahwa berang-berang adalah si pembuat bendungan