Bagaimana mengetahui pengaruh musim yang tepat bagi aktifitas memancing di danau, waduk, rawa dan perairan umum lainnya?

Dalam glosari perikanan, dikenal istilah perairan umum, yaitu suatu ekosistem perairan berupa danau, rawa, waduk dan sungai. Istilah perairan umum ini untuk membedakan dengan perairan laut, karena selama ini para mania mancing menyebut mancing di perairan umum dengan nama mancing darat, suatu “salah kaprah” yang sudah lama terjadi, bagaimana bisa mancing kok di darat?, bukan di air.

Jadi nilai pentingnya adalah ekosistem dimana airnya tidak mengandung garam sama sekali. Ilmu yang mempelajari ekosistem perairan umum adalah limnologi. Berikut ini adalah sebagian kecil ilmu limnologi tentang perubahan musim dan pengaruhnya bagi aktifitas memancing.

1. Musim Kemarau

Di danau ataupun rawa pasti terjadi proses turnover atau proses dimana lapisan air di danau berpindah, lapisan atas turun ke bawah dan lapisan air di bawah naik ke atas. Proses ini selalu terjadi karena perubahan musim, dimana musim penghujan dan musim kemarau menyebabkan perbedaan suhu air danau.

Musim kemarau yang panas menyebabkan lapisan atas air danau menjadi hangat. Lapisan bawah dingin dan miskin oksigen. Karena ikan membutuhkan oksigen terlarut yang tinggi di air, maka ikan akan berada di tengah atau sebagian di permukaan air danau. Di daerah tengah ini disebut sebagai termo cline.

2. Musim Hujan

Sebaliknya saat musim hujan, air di permukaan cenderung dingin sehingga lebih banyak oksigen terlarut di air dibanding di dasar danau yang hangat. Ikan cenderung banyak berada di permukaan dibanding di dasar danau.

3. Suhu Air

Masing-masing jenis ikan mempunyai perbedaan kapasitas hidup pada suhu yang beragam untuk dapat hidup. Meskipun kadangkala ikan tidak dapat menemukan suhu yang tepat untuk mereka hidup, tetapi biasanya ikan dapat ditemukan pada rentang suhu yang dapat ditoleransi untuk hidupnya.

Dengan mengkombinasikan pengetahuan tentang suhu air danau, maka para pemancing dapat memprediksikan ikan terdapat dibadan air bagian atas atau bawah pada musim kemarau maupun musim penghujan berdasarkan pencerahan di atas.

Ikan yang suka pada air hangat akan berada di permukaan saat musim kemarau dan di dasar saat musim penghujan. Demikian pula sebaliknya untuk ikan yang suka pada air yang agak dingin.

Suhu air yang terlalu panas membuat ikan yang berada di danau, rawa dan waduk akan berhenti mencari makan, energi mereka hanya digunakan untuk menstabilkan metabolisme tubuh. Ikan tidak seperti mamalia yang berdarah panas, tetapi termasuk berdarah dingin, artinya mereka tidak dapat mempertahankan suhu tubuh pada kondisi konstan bila suhu di luar terlalu digin atau panas. Sehingga pada musim panas di siang hari tentu nafsu makan ikan akan turun, sehingga mancing yang baik adalah pada pagi dan sore hari.

Suhu air yang ekstrim akan mempengaruhi metabolisme tubuh ikan sehingga akan mempegaruhi juga kerja fungsi-fungsi organ. Suhu sekitar perairan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan menurunkan kandungan oksigen terlarut di air sehingga membuat ikan menjadi tidak aktif. Pernahkah suatu saat teman-teman mancing dan melihat banyak ikan di suatu spot tetapi tidak ada satu ikanpun yang makan umpan yang kita berikan? , itu berarti energi yang ada hanya digunakan untuk menstabilkan diri karena suhu air terlalu dingin atau terlalu panas.

4. Sinar Matahari

Sinar matahari tentu menyebabkan suhu air danau atau rawa menjadi lebih hangat, seperti pencerahan di atas. Pada waktu pagi hari sinar matahari mulai menghangatkan air danau, menciptakan kondisi air lebih hangat sehingga menarik ikan untuk melakukan aktifitas feeding (mencari makan). Dasar danau atau rawa yang berwarna gelap dan belumpur lebih cepat menghangatkan air dibanding dasar danau yang berwarna cerah, misalnya pasir putih atau struktur dasar berupa batu gamping/kapur.

Semakin hangat atau panas menjelang siang , maka ikan akan turun ke posisi air yang lebih dingin. Hal ini yang menerangkan mengapa saat pagi ikan terlihat banyak sekali, kemudian menjelang siang tidak terlihat lagi atau sepi dari gerombolan ikan.

5. Angin

Angin sangat berpengaruh bagi kesuksesan pemancing di danau/ waduk. Angin membawa partikel-partikel hara atau plankton ke suatu daerah dimana angin bertiup. Jadi saat ada angin dan teman-teman sedang memancing di pinggir danau, maka biasanya ikan-ikan kecil juga pergi bersama angin karena mengejar plankton dan zat hara (nutrisi), demikian pula ikan besar mengikuti juga pergerakan ikan-ikan kecil.

Bila arah angin ke arah darat maka carilah pinggir danau berupa tanjung (daratan yang menjorok ke danau) dan mancinglah di ujung tanjung seperti pada gambar di bawah ini. Karena banyak ikan yang menunggu nutrisi di depan tanjung.

6. Badai, Hujan dan Langit Berawan

Kadangkala saat kita asyik mancing di danau, seringkali kita mendapati tiba-tiba mendung dan hujan bahkan sering ada badai dan kilat. Bagaimana kondisi ini untuk memancing?. Badai dan perubahan cuaca seringkali mempengaruhi kesuksesan memancing, kadang hasilnya buruk, kadang sebaliknya.

Awan yang datang dengan tiba-tiba tentu menyebabkan sinar matahari yang menyinari permukaan air jadi terhalang. Hal ini berakibat ikan lebih agresif dalam mencari makan, sehingga memancing saat awan datang tentu lebih baik hasilnya dibanding saat terang benderang di siang atau sore hari.

Hujan ringan atau gerimis adalah waktu yang baik untuk memancing di perairan umum, karena menyembunyikan bayangan pemancing ataupun perahu pemancing, selain itu air hujan juga mencuci aroma tangan pemancing yang terdapat di umpan yang tentu dihindari oleh ikan.

Tetapi saat hujan deras merupakan waktu yang kurang tepat untuk memancing karena hujan deras membuat air menjadi keruh sehingga lebih sulit bagi ikan untuk menemukan umpan teman-teman. Demikian juga air banjir (keruh) biasanya menyebabkan insang ikan menjadi tertutup lumpur, sehingga sensitifitas dalam mencari makan menjadi sedikit terganggu. Selain hujan lebat tentu kurang mendukung untuk keselamatan pemancing itu sendiri baik oleh ancaman banjir atau kilatan halilintar.