Garuda, makhluk mitos yang perkasa

Negara-negara menggunakan hewan sebagai lambang nasional mereka. Orang Australia memiliki kanguru dan emu di lambang mereka, sementara Belanda memiliki singa dalam lambang nasionalnya. Tapi tidak seperti ini, dan banyak negara lain, lambang nasional Indonesia bukanlah hewan yang sebenarnya, tetapi burung mitologis dari kisah kuno.

Dalam epik Mahabharata Hinduisme, Garuda adalah makhluk setengah manusia, setengah burung, dengan sayap merah, wajah putih, dan sosok yang begitu besar hingga menutupi matahari kapan pun ia terbang. Garuda lahir sebagai anak seorang pendeta, Resi Kasyapa, dan diberi kekuatan khusus oleh para dewa dari saat dia ‘menetas’.

Segera setelah ia lahir, Garuda dihadapkan dengan tugas untuk membebaskan ibunya, Winata, dari kecurangan istri ayahnya yang lain, Kadru. Ia menebus ibunya dengan air suci yang ia hasilkan dengan sangat keras, menjadikan Garuda lambang pengorbanan dan kesetiaan.

Burung legendaris ini membuat jalan ke literatur baik Hindu dan Budha, yang membuatnya menjadi makhluk mistis yang dikenal di banyak kebudayaan, dari Mesopotamia ke India dan Asia Tenggara. Dalam kebanyakan cerita rakyat, Garuda dikenal sebagai kendaraan untuk para dewa – dalam agama Hindu, ia adalah sarana transportasi Dewa Wisnu, dewa perlindungan dan pelestarian.

Garuda sebagai lambang nasional Indonesia

Mengingat asal-usulnya, mungkin dewa Hindu entah bagaimana bisa berakhir di lambang negara Muslim terbesar di dunia. Penting untuk diingat bahwa nusantara, tanah yang sekarang merupakan Indonesia modern diperintah oleh berbagai kerajaan Hindu dan Budha. Selama masa itu, legenda dan cerita rakyat dari dua agama sebelumnya sangat membentuk sistem dan budaya kepercayaan bangsa.

Patung Garuda yang mengesankan dan mengesankan dapat ditemukan di tempat perlindungan Hindu terbesar di negara itu, Kuil Prambanan, dan banyak tempat sakral lainnya. Burung mitos juga berjalan ke wayang, boneka tradisional Jawa. Dari agama, para dewa sekarang diselingi dengan budaya dan bahkan kehidupan sehari-hari.

Lambang nasional Indonesia pertama kali dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, sebelum dimodifikasi oleh presiden pertama, Soekarno. Selama beberapa tahun pertama kemerdekaan, lambang Garuda mengalami beberapa perubahan dan transisi, seperti mitologi dan lebih realistis, menyerupai Elang Jawa. Sebuah lambang ditambahkan untuk membuatnya tampak kurang seperti elang botak Amerika Serikat, dan perubahan lain dalam detail dan skala.

Simbol kebangsaan dan kemerdekaan juga merupakan bagian dari sosok Garuda yang memegang lima prinsip filosofi dasar Indonesia bersama-sama dalam sebuah perisai, juga memegang spanduk yang mengatakan Bhinneka Tunggal Ika (Persatuan dalam Keanekaragaman) dalam talonnya. Sosok itu memiliki delapan helai bulu di bagian ekor, 17 bulu di bawah setiap sayap, 19 bulu di bawah perisai, dan 45 helai rambut di leher, melambangkan tanggal kemerdekaan, 17 Agustus 1945.

Kehadiran Garuda di banyak budaya beradaptasi di banyak negara. Lambang nasional Thailand juga Garuda, tetapi dengan penggambaran lebih dekat ke mitologi daripada yang digunakan di Indonesia, dengan tubuh manusia dan bulu merah. Bagi orang Indonesia, lambang Garuda lebih seperti integrasi antara sejarah kuno dan nilai-nilai kontemporer dan simbol yang menjadikan negara itu unik.