Buat temen-temen yang gemar memelihara reptil. Tahukah kamu bahwa ada beberapa penyakit kulit yang sering menyerang pada hewan Reptil ? penyakit-penyakit tersebut apabila tidak disembuhkan maka akan berbahaya bagi hewan kesayanganmu tersebut. maka dari itu berikut merupakan beberapa jenis penyakit kulit pada reptil dan cara mengobatinya.

1. ABSES

Abses merupakan masalah/gangguan kulit yang paling sering terjadi pada reptil peliharaan. Luka gigitan mangsa (tikus, mencit) yang tidak terawat akan menimbulkan luka yang terinfeksi (pada umumnya bakteri gram-negativ) yang dalam jangka lama, menjadi abses. Terapi yang dapat dilakukan untuk kasus ini, adalah terapi topikal dengan memberikan (oles) iodine-povidone 1,6 – 2.5%. diberikan sampai luka menjadi kering. Pada kondisi lebih lanjut dapat diberiukan injeksi antibiotik.

2. ABRASI (EXCORIATION)

Abrasi dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana lapisan superficial (permukaan) dari epidermis kulit, terkelupas. Dalam konteks reptil peliharaan, sangat mungkin terjadi dalam kondisi dimana kandang dipenuhi dengan asesoris dengan permukaan kasar, tajam dan keras. Kandang yang terbuat dari kayu yang tidak dihaluskan permukaannya merupakaan penyebab terjadinya abrasi. Rostral abrasions (bonyok) juga dikarenakan hal di atas. Tindakan untuk mengantisipasi abrasi pada reptile piaraan kita, dengan menggunakan kandang berpermukaan halus dan gelap, serta menghindari menggunakan asesoris kandang yang tajam.

3. BLISTER DAN BULLAE “JERAWAT”

Blister (vesikula-sampai 1cm) dan Bullae (vesikula-lebih besar dari 1cm) paling sering ditemukan pada reptil yang dipelihara pada kondisi kandang yang terlalu lembab bahkan “berair”. Vesikula merupakan bentukan (tonjolan) dengan dinding tipis yang berisi cairan yang “berisi” bakteri.

Solusi dari kasus ini adalah, memindahkan dengan segera reptil yang terinfeksi ke kandang yang kering dan bersih. Jika, tidak mendapat perawatan yang segera, kasus ini akan menjadi lebih berat, yakni septisemia dan berakhir dengan kematian.

4. DISCOLORATION

Abnormalitas warna, pada umumnya mengindikasikan adanya infeksi, peradangan atau trauma. Perubahan warna paling sering terjadi adalah perubahan sisik bagian bawah (perut) menjadi kecoklatan. Biasanya sisik berubah menjadi kehijauan, kemerahan dan kekuningan. Dari pembenihan pada media, biasanya didapatkan kultur bakteri maupun jamur dari kerokan kulit yang mengalami perubahan warna ini, namun belum jelas apakah infeksi primer atau sekunder dari adanya luka.

5. DYSECDYSIS

Kondisi dimana proses ecdysis tidak dapat berjalan normal, baik sebagian maupun keseluruhan dinamakan dysecdysis. Dysecdysis khususnya pada ular erat kaitannya dengan terlalu keringnya kondisi kandang atau lingkungan. Namun, juga dsebabkan oleh adanya luka lama pada beberapa bagian tubuh, kekurangan nutrisi, parasi eksternal, neoplasia, hiperthyroidisme, hypithyroidisme atau sakit dari luka yang ada di daerah kepala. Yang perlu diingat, ular ganti kulit menjadi satu bagian utuh (normal), sedangkan lizard dan beberapa reptil, ganti kulit dalam beberapa bagian kecil.

Solusi yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah, dengan merendam individu pada air hangat (10-15 menit) kemudian dilakukan pengelupasan secara manual kulit yang tidak mengelupas. Pada kondisi retained eye caps Terapi yang dapat dilakukan adalah, mebasuh mata dengan lembut menggunakan kapas basah beberapa kali, hingga kapsul pembungkus mata menjadi lunak dan bisa di angkat secara manual, dengan lembut bisa menggunakan tangan (bersih) atau menggunakan pinset steril.