Dehidrasi merupakan kondisi tubuh hewan dimana kekurangan cairan baik intrasel maupun ekstrasel. Kejadian ini dapat terjadi akhibat kurangnya asupan cairan atau air minum yang masuk ke dalam tubuh dan penyakit. Diare salah satu gejala penyakit yang dapat memicu kajadian dehidrasi pada ternak karena keluarnya cairan yang berlebih dari dalam tubuh yang tidak terkendali pada hewan. Cuaca ekstrem (kekeringan) yang berkepanjangan menyebabkan berkurangnya sumber air di lahan sekitar peternakan sehingga hewan ternak kesulitan mendapatkan air. Dehidrasi pada ternak juga sering terjadi pada saat bencana alam seperti letusan gunung berapi dan gempa bumi. Disaat terjadi gempa sapi yang dipelihara dengan ditambatkan di kandang kemudian ditinggalkan pemiliknya sampai beberapa waktu untuk menyelamatkan diri dari musibah. Sapi yang masih bertahan hidup tersebut kekurangan makan dan minum dan berujung dehidrasi serta stress. Kejadian ini pernah terjadi saat letusan gunung kelud, letusan gunung merapi dan gempa Jogyakarta tahun 2006. Dehidrasi pada ternak ruminansia lebih rentan terjadi pada pembibitan ternak/baru lahir karena ternak ruminansia yang baru lahir memiliki organ pencernaan yang belum tumbuh dan berfungsi secara sempurna.

Pada kondisi normal ternak ruminansia besar membutuhkan air minum sebanyak kurang lebih 10% berat badan setiap hari agar tidak mengalami dehidrasi. Kebutuhan air minum ini juga tergantung dari kondisi cuaca dan jenis pakan yang diberikan. Oleh karena itu penyediaan air minum di peternakan sebaiknya berlebih (ad libitum). Pakan berupa hijauan segar yang mengandung air banyak dapat menambah asupan cairan dalam tubuh ternak. Air sangat penting dalam menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh. Gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya alkalosis dan asidosis. Alkalosis yaitu dimana ketidak seimbangan elektrolit cairan tubuh sehingga PH darah meningkat (basa), sedangkan asidosis yaitu kondisi dimana gangguan ketidakseimbangan cairan elektrolit tubuh sehingga PH darah menurun (asam). Kondisi alkalosis dan asidosis ini dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu respiratorik dan metabolik. Disamping menyebabkan dehidrasi pada ternak pemeliharaan bibit sapi yang  kurang baik melanggar prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare). Salah satu prinsip kesejahteraan hewan yang utama adalah bebas dari rasa haus dan lapar.

Tingkat Dehidrasi

Tingkat dehidrasi pada ternak ruminansia (sapi) lebih sulit di ketahui dibandingkan pada hewan kecil seperti anjing dan kucing. Meskipun tidak terdapat perbedaan yang mencolok namun dehidrasi pada sapi dapat kita kelompokkan dalam tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan apabila kehilangan 5% cairan dalam tubuh yang ditandai dengan elastisitas turgor kulit menurun dan akan kembali normal dalam 15 menit apabila dicubit. Dehidrasi dalam kategori tingkat sedang apabila diperkirakan kehilangan cairan tubuh sekitar 7% ditandai dengan turgor kulit menurun dan ada retraksi pergerakan mata kearah orbital. Dehidrasi dalam kategori berat bila kehilangan cairan tubuh berkisar 10-12% dengan ditandai elastisitas turgor kulit menurun, akan kembali normal dalam 30 detik apabila dicubit dan retraksi mata kearah orbital yang semakin kuat.

Cara Mencegah Dehidrasi pada Ternak Sapi

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada ternak yaitu dengan memperhatikan ketersediaan air minum di lokasi peternakan. Disamping itu kwalitas pakan/hijauan yang diberikan juga tak kalah penting memberikan andil kebutuhan cairan yang diperlukan bagi ternak. Ternak yang memakan serat kasar kering tentunya membutuhkan konsumsi air minum yang lebih banyak untuk mempermudah mencerna makanan yang ditelan. Pada kandang ternak disediakan tempat  air minum yang berlebih (ad libitum) dan dibersikan secara berkala agar tidak menjadi sumber bibit penyakit atau sarang nyamuk. Sapi yang dipelihara di padang rumput perlu disediakan kantong-kantong persediaan air yang dapat terjangkau oleh ternak. Apabila daerah sering kekurangan air perlu di buat drainase untuk menyalurkan air ke lokasi peternakan tersebut.

Ternak yang sakit akhibat dehidrasi ditandai dengan peningkatan frekuensi nafas, mulut membuka (mengeluarkan panas dalam tubuh), nafsu makan turun (anoreksia), turgor kulit menurun (tidak lentur kembali bila dicubit), tubuh kurang atraktif/lesu, dll. Hewan yang mengalami dehidrasi perlu mendapatkan penanganan yang tepat secara medis. Apakah hewan dehidrasi karena kekurangan air minum atau dehidrasinya disebabkan karena penyakit. Dehidrasi yang terjadi akibat penyakit perlu mendapatkan terapi yang tepat dan mengeliminasi agen penyebab penyakit. Selama menjalani terapi bila dimungkinkan akan lebih akurat bila dilakukan pengecekan laboratoris terhadap BUN (Blood Urea Nitrogen) dan PCV (Packed Cell Vollume) untuk memastikan status dehidrasi sehingga mendapatkan penanganan yang tepat. Demikian semoga bermanfaat