Kenapa orang zaman dahulu lebih suka memelihara burung anggungan, sejenis puter, kutut atau derkuku dibandingkan dengan burung jenis ocehan yang trend saat ini ? Ternyata sebagian orang memelihara burung Puter, karena mempunyai alasan tertentu. Selain suara anggungan burung yang nyaman di telingan, membawa jiwa tenang dan tentram. Ternyata falsafah lain adalah agar usaha yang senantiasa digeluti selalu “puter” muter / terus berjalan.

Ya filosofi tersebut, menurut nenek kita karena mereka yang bertani, berharap usaha tani mereka bisa jalan panen secara berkelanjutan. Muter dalam bahasa indonesia artinya berputar, dari mulai tanam hingga panen, dan mulai tanam lagi. Seperti itulah sedikit alasan mereka lebih suka berternak atau memelihara Puter.

Namun bagi kami, Burung puter bisa saja menjadi salah satu pembuka jalan rejeki dari Allah SWT. Seumpama kita berternak, dan menangkar burung jenis ini dengan baik. Sehingga menghasilkan burung-burung yang berkualitas, baik dari segi suara ataupuan variasi warna baru. Akan menghasilkan pundi rejeki baru selain kerjaan pokok harian kita. Bagaimana tidak, burung ini selalu diminati banyak orang. Anakan burung puter jenis lokal, bisa laku dijual kisaran harga Rp 40.000,- /ekor. Sedangkan burung puter biasa bertelur 2 butir, dan kemungkinan menetas sangatlah besar keduanya. Apalagi di musim penghujan.

Suara alunan anggungan burung puter, sangat dipercaya membawa jiwa dan membentuk rasa ketenangan pemiliknya.