Ada sebuah ungkapan kuno, “Ikutilah burung hantu kemana karena ia akan menunjukkan kepadamu dimana terjadi kerusakan.” Di antara mitos bangsa Arab sebelum datangnya Islam bahwa tidak ada seorang pun yang mati atau terbunuh kecuali ada seekor burung hantu yang keluar dari kepalanya. Jika seseorang dibunuh dan tidak dituntut balas, burung hantu akan berteriak di atas kuburannya, “Beri aku minum karena aku sangat haus.”

Dahulu, bangsa Arab memandang burung hantu sebagai burung kesialan dan mereka menjadikannya sebagai pertanda akan adanya kesialan. Berikut ini sebuah kisah terkenal yang diriwayatkan dari Khalifah al-Ma’mun. Pada suatu hari, al-Ma’mun melihat-lihat dari atas istana lalu ia melihat seorang laki-laki sedang berdiri sambil menulis sesuatu di tembok istana dengan sepotong arang. Al-Ma’mun lalu menyuruh seorang pengawal untuk menemui laki-laki tersebut dan menangkapnya sambil memerhatikan apa yang tadi ia tulis.

Ternyata tulisan tersebut adalah,

Istana yang didalamnya terkupul kesialan dan kecaman, kapankah seekor burung hantu bersarang di tiang-tiangmu. Pada hari dimana seekor burung hantu bersarang didalam dirimu (istanamu) karena kegembiraanku, aku adalah orang yang pertama mengummkan kematianmu.”

Ketika laki-laki tersebut telah ada dihadapannya, al-Ma’mun berkata, “Celakalah kamu! Apa yang mendorongmu melakukan hal itu ?”. Laki-laki tersebut berkata, “Aku lewat di dekat istana yang besar ini dalam keadaan lapar lalu aku berkata dalam hati, ‘Seandainya istana ini hancur, pasti aku bisa menemukan sisa-sisa marmer, kayu, atau paku yang bisa aku jual dan hasil penjualannya aku beli makanan. Al-Ma’mun kemudian memerintahkan untuk memberikan uang seribu dinar kepada laki-laki tersebut setiap tahunnya selagi istana masih dihuni. Ketika ditanya tentang burung hantu, beliau bersabda: “Tidak ada penularan penyakit, tidak ada kesialan, dan tidak ada (perwujudan) burung hantu.” (HR. Muslim)

Ilmu pengetahuan telah menguatkan apa yang dijelaskan oleh hadits tersebut berupa larangan menjadikan burung hantu sebagai pertanda kesialan karena sebenarnya burung hantu sangat penting bagi lingkungan. Allah SWT telah menjadikan burung hantu dan binatang-binatang lainnya sebagai “pengaman” yang mengendalikan dan menekan jumlah populasi hewan pengerat dan perusak tanaman di dalam suatu lingkungan. Burung hantu adalah burung pemangsa jenis tikus, ular, bermacam serangga, dan burung pipit. Dalam satu tahun, biasanya burung hantu memangsa tikus dalam jumlah cukup besar, mencapai sekitar 5.000 ekor tikus.

Metode berburu sebagian spesies burung hantu bisa dikatakan metode terbaru yang memiliki target khusus, terarah, dan terencana karena ia memilih kelinci yang sendirian, lemah, dan sakit sebagai sasarannya sehinga bisa membatasi jumlah populasi dan mencegah penyebaran penyakit. Pada awal tahun ’50-an terjadi epidemi yang menyerang kelinci di belahan dunia Eropa, namun kelinci yang berada di kawasan selatan Spanyol tidak terkena epidemi tersebut. Ternyata hal ini disebabkan adanya berbagai spesies burung hantu pemangsa yang ditemui di daerah tersebut. Jika seekor burung hantu bisa memangsa 15 ekor tikus setiap hari, kita bisa membayangkan betapa besar manfaatnya bagi produksi pertanian.