Tutut atau Keong Sawah (Pila ampullacea) adalah sejenis siput air yang sangat mudah dijumpai di perairan tawar Asia, seperti di sawah, aliran parit, serta danau. Hewan air ini dikenal pula sebagai Keong Gondang, Siput Sawah, Siput Air tetapi kebanyakan orang, khususnya orang Sunda lebih mengenal Keong Sawah ini dengan sebutan Tutut. Seperti anggota Ampullariidae lainnya, Tutut juga memiliki Operculum (semacam penutup/pelindung tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya). Para petani di desa biasa mengambil Tutut ini setelah panen tiba, karena pada saat itu lumpur sawah tidak terhalang oleh tanaman padi sehingga memudahkan pengambilannya.

Hewan ini banyak dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah Asia Tenggara.  Selain rasanya yang enak dan gurih, Tutut atau Keong Sawah juga mengandung protein yang cukup tinggi tetapi kadar lemak atau kolesterolnya tergolong rendah. Terang saja karena Tutut terdiri dari 15% protein, 2,4% lemak, dan sekitar 80% air. Selain itu, 75 persen lemak di tubuh Tutut adalah Unsaturated Fatty Acids atau lemak yang baik dan dibutuhkan tubuh. Karena tingginya kandungan gizi di dalamnya, Tutut ini bisa menjadi alternatif sumber protein hewani pengganti daging dan sebagai alternatif makanan tinggi protein yang rendah lemak. Sebagaimana Sobat Djadoel ketahui protein sangat berguna untuk metabolisme tubuh manusia.

Selain Protein, di dalam Tutut juga terkandung banyak vitamin. Di antaranya vitamin A, E, Niacin dan Folat. Jadi tidak salah kalau Tutut ini banyak khasiatnya, vitamin A untuk mata, vitamin E untuk regenerasi sel dan kecantikan kulit, sedangkan Niacin berperan dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi dan  Folat baik untuk ibu hamil supaya bayinya tidak mengalami cacat.

Karena kandungan gizi Tutut terbilang tinggi, konon menurut banyak orang Tutut juga bisa dijadikan obat untuk penyakit liver/kuning, penyakit maag dan sebagai penambah nafsu makan. Jadi sangat cocok bagi anak-anak yang susah sekali makan. Gimana, tertarik icip-icip keong yang satu ini? Eits, tapi tunggu dulu.

Meskipun banyak manfaatnya, Sobat juga patut waspada lho, karena Keong Sawah atau Tutut adalah inang dari beberapa penyakit parasit. Karena Tutut diambil dari dekat persawahan maka Tutut juga dapat menyimpan sisa-sisa pestisida di dalam tubuhnya. Tutut juga sering dilaporkan terinfeksi Cacing Trematoda atau biasa disebut Cacing Isap. Tapi Sobat tidak usah khawatir, karena Cacing ini akan mati bila dimasak dalam air 600 ml dengan api besar selama 20 menit. Jadi sangat dianjurkan untuk merebus Tutut dengan api besar hingga mendidih (bukan hanya sekedar hangat) minimal selama 30 menit. Jadi Sobat bisa menikmati Tutut yang penuh gizi ini tanpa khawatir akan penyakit yang bisa ditimbulkannya.

Tutut biasanya dimasak dengan cara direbus dengan rempah-rempah yang sedikit pedas. Sebelum dimasak Tutut biasanya dipotong sedikit pada bagian ujung kerucut spiralnya, ini dilakukan agar memudahkan kita saat menyedot dagingnya. Dengan cara menyedot, daging Tutut bisa keluar dan langsung masuk ke mulut. Lebih baik jika Tutut direndam dulu satu malam supaya bersih sebelum dimasak dan juga agar lumpur-lumpur tanahnya bisa keluar dari dalam cangkangnya. Tutut sangat cocok dihidangkan panas-panas dan disantap saat musim hujan yang dingin seperti sekarang ini.

Secara rasa daging Tutut tidak beda jauh dengan daging kerang, hanya daging Tutut lebih kenyal sedikit. Dari segi ekonomis, harga Tutut juga lebih murah dari kerang, daging sapi atau ayam. Tapi kandungan gizi dan manfaatnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada yang lebih bagus? Yang lebih mahal banyak