Bertahun lalu, kawanan semut kayu membangun sarang mereka tepat berada di dekat pipa ventilasi sebuah bunker nuklir era Soviet di Polandia, dan tiap tahun, tak terhitung jumlah semut yang terjatuh ke dalam pipa tersebut dan tak pernah kembali ke koloni mereka di atas.

Secara mengejutkan, meski terjebak dalam kondisi ekstrem yang parah di bawah tanah tersebut, semut-semut yang terjatuh tersebut mampu bertahan hidup, bahkan kini telah membentuk koloni sendiri, dan beraktifitas normal seperti layaknya kawanan semut, yakni menjaga dan memelihara sarang, membangun sarang baru, mencari makan, dan sebagainya.

Koloni unik ini dijelaskan dalam  Journal of Hymenoptera Research oleh riset dari Polandia yang dipimpin ilmuwan bernama Wojciech Czechowski, dari Polish Academy of Science. Semut-semut ini mampu bertahan hidup setelah jatuh di sebuah bunker nuklir di Polandia.

Koloni semut yang mereka pelajari tersebut tergolong unik karena mereka membentuk koloni baru dengan terpaksa karena tidak mempunyai pilihan lain, pun dengan anggota-anggota koloni baru yang jatuh dari atas tanah.

Pada tahun 2013, populasi semut ini ditemukan oleh para peneliti, dan pada 2015, para peneliti yang sama menemukan bahwa anggota koloni semut tersbut tak hanya mampu bertahan, namun bahkan anggotanya terus bertambah, hingga mencapai jumlah jutaan.

Yang unik lagi, sarang mereka rusak karena tak sengaja terinjak oleh para peneliti di tahun 2015, ketika peneliti kembali pada 2016, sarang berupa gundukan tanah tersebut sudah diperbaiki secara sempurna.

Koloni semut ini ditemukan membangun sarang berupa gundukan tanah dalam sebuah ruangan kecil berukuran 3 m x 1,2 m dengan tinggi 2,3 meter. Normalnya, semut-semut kayu ini hidup secara eksklusif di hutan, di mana mereka bisa mendapatkan cukup makanan untuk koloni mereka. Semut-semut ini mampu bertahan hidup setelah jatuh di sebuah bunker nuklir di Polandia.

Ruangan kecil yang tertutup tersebut bukan satu-satunya tantangan besar bagi koloni yang terjebak di bawah tanah tersebut. Selain kurangnya makanan dan cahaya, mereka juga harus berhadapan denan suhu rendah di antara beton berukuran 1 meter yang mengelilinginya. Sepanjang tahun, suhunya tak pernah lebih tinggi dari  10 °C.

Kondisi ekstrem dalam bunker tersebut tidak memungkinkan bagi semut-semut tersebut bereproduksi. Para peneliti telah berusaha mencari larvae, pupai, atau kepompong kosong atau sang ratu, dan mereka sama sekali tidak menemukannya.

Para peneliti menyimpulkan bahwa populasinya yang kini begitu besar bukan karena hasil reproduksi, namun karena para semut yang terus jatuh dari atas melalui lubang pipa. Bahkan, jumlah semut yang jatuh melebihi jumlah semut yang mati, sehingga jumlahnya terus membesar.

“Kesimpulannya, semut-semut kayu ini, meskipun secara kasat mata terlihat berfungsi sempurna seperti layaknya koloni semut, sebenarnya mereka hanyalah kumpulan semut-semut pekerja yang terpaksa bertahan hidup di lingkungan yang super ekstrim, dengan suplai cahaya dan makanan yang sangat terbatas, juga suhu yang begitu dingin,” kata sang peneliti.

  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Print Friendly

###

Sumber : Czechowski W, Rutkowski T, Stephan W, Vepsäläinen K (2016) Living beyond the limits of survival: wood ants trapped in a gigantic pitfall. Journal of Hymenoptera Research 51: 227-239. doi: 10.3897/jhr.51.9096