Hobi yang mendatangkan penghasilan tentu sangat menyenangkan. Itulah yang dialami Iwan Suryolaksono, peternak kalkun di Ciwaruga, Bandung, Jawa Barat.  Sejak awal menekuni usaha ternak kalkun, Iwan, begitu ia akrab disapa, mengaku kewalahan dalam memenuhi permintaan konsumen. Skala peternakannya yang masih kecil mendorong Iwan kini tengah melebarkan sayap untuk membuka peternakan baru di daerah Soreang, Kabupaten Bandung.

Dalam beternak kalkun Iwan mengedepankan konsep organik dalam hal pemberian pakan, maka tak heran bila kalkun hasil pembesarannya selalu menjadi barang buruan konsumen karena kalkun lebih sehat efek asupan pakan yang terjaga dan terukur gizinya.

Kendati bentuk pemasaran yang dilakukan Iwan hanya mengandalkan website, namun konsumen yang datang bisa dibilang sangat membludak melebihi jumlah panen kalkun per bulan. “Padahal saya hanya memakai website gratis sebagai media promosi dan itu pun sangat banyak yang menghubungi saya,” ungkap Iwan.

Dalam siklus tahunan, permintaan tertinggi kalkun menurut Iwan jatuh pada 3 bulan terakhir dipenghujung tahun, yaitu bulan Oktober, November, dan Desember. Di bulan-bulan tersebut permintaan meningkat hingga 2 kali lipat.
Menurut Iwan, konsumen utama penikmat daging kalkun ialah kalangan papan atas kaum ekspatriat yang kerap memborong kalkunnya. Selain itu, juga ada dari beberapa resto, catering dan penghobiis yang ingin mengkoleksi kalkun hasil ternak Iwan.

Menyoal harga jualnya sendiri, harga kalkun tergolong stabil dalam kondisi normal. Untuk kalkun jantan hidup usia 4 bulan dipatok Iwan Rp.400 ribu/ekor, dan kalkun betina hidup di usia yang sama Rp.500 ribu/ekor. Selain menjual kalkun hidup, Iwan juga siap memasok kalkun yang sudah dalam bentuk karkas, dengan harga Rp.70-80 ribu/kg.

“Kalau permintaan sedang tinggi tak jarang orang bule datang langsung ke tempat saya ingin order dan melihat langsung menyembelihannya,” ujar Iwan. Iwan selalu menerapkan pembayaran cash bagi setiap konsumen yang mengorder kalkunya. Untuk memuaskan konsumen, kini Iwan hanya menjual kalkun pedaging yang berbobot di atas 5 kg. Karena kalkun di bawah 5 kg komposisi tulangnya lebih besar ketimbang daging, sehingga daging akan terasa kurang nikmat jika disantap.

Setiap bulan Iwan mampu menjual belasan hingga puluhan ekor kalkun hidup maupun yang sudah dalam bentuk karkas. Jika dikalkukasikan, setidaknya omzet yang dikantongi Iwan tiap bualnnya sekitar Rp 10 juta. Keuntungan bersihnya, aku Iwan, terus ia putar lagi untuk mengembangkan usahanya.

Diakui Iwan, sampai dengan detik ini ia belum bisa menjual kalkun dalam skala besar karena sangat tingginya permintaan. “Baru usia 5 bulan saja sudah banyak yang order, padahal itu mau saya jadikan indukan,” ucap Iwan.
Ke depan, Iwan berobsesi ingin mengembangkan usaha kalkun dengan start 500 ekor kalkun di kandang barunya di Soreang Kab Bandung Barat. Iwan sangat percaya dalam masa mendatang kalkun dapat menjadi menu alternatif pengganti daging ayam dan sapi karena kaya protein yang baik bagi kesehatan tubuh.