Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh makanan. Selain itu juga untuk mempertahankan diri dari musuhnya. Setiap jenis hewan selalu berusaha melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan memiliki bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan melindungi diri dengan tingkah laku. Berikut jenis-jenis pola perilaku bertahan pada hewan yaitu sebagai berikut :

A. Mimikri

Mimikri adalah cara mempertahankan diri terhadap musuh dengan cara menyerupai sesuatu, secara khas menyerupai tipe lain organiseme lain seperti misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya.

Mimikri dibagi menjadi mimikri Miller, mimikri Bates dan mimikri agresif :

1. Mimikri Miller

adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan hewan yang tidak dapat dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak mengandung racun dalam tubuhnya dan enak dimakan seperti roti bakar, sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang mempunyai racun dalam tubuhnya.

2. Mimikri Bates

adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan lain yang berbahaya. Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak berbahaya memiliki warna seperti ular tanah yang sangat berbisa.

3. Mimikri agresif

adalah mengembangkan alat untuk mengelabui mangsanya. Ikan anglerfish (Antennarius) dari Filipina mempunyai satu pemikat yang mirip ikan kecil untuk memikat mangsanya, pemikat tersebut adalah perkembangan dari duri pada sirip punggung pertama. Kunang-kunang jantan dan betina saling tertarik dengan cahaya kelap-kelipnya, pola kelap-kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada suatu spesies kunang-kunang betina yang dapat meniru kelap-kelip spesies yang lain, bila jantan spesies yang lain itu datang akan dimakan.

Mimikri pada serangga

Mimikri didefinisikan sebagai pemiripan atau peniruan secara fisik atau perilaku oleh satu spesies terhadap spesies yang lain yang menguntungkan dirinya, atau secara tidak langsung juga keduanya. Organisme yang “meniru” disebut mimik, sedangkan organisme yang “ditiru” disebut model. Di alam ini, cukup banyak jenis organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang melakukan mimikri untuk tujuan pertahanan maupun mendapatkan pakan. Serangga adalah salah satu jenis hewan yang melakukan mimikri, dan pada banyak kasus terbukti efektif.

1. Mimikri Batesian

Mekanisme dari mimikri ini adalah peniruan oleh serangga peniru yang tergolong tidak berbahaya pada model-model serangga yang tergolong berbahaya atau beracun. Contoh yang cukup terkenal adalah lalat syrphid genus Eristalis spp. yang morfologi dan perilakunya amat mirip dengan lebah spesies Apis mellifera (Golding dan Edmunds, 2000).

Pada penelitian yang dilakukan keduanya, sang lalat syrphid terbukti mampu menirukan perilaku lebah dengan sangat mirip dari aspek waktu kunjungan ke bunga tumbuhan-tumbuhan tertentu, di samping memang secara morfologis sangat mirip. Contoh lainnya, misalnya pada kumbang staphylinid myrmecophilous, Pella comes yang mampu menirukan morfologi semut inangnya, dan bahkan menghindarkannya dari pemangsaan oleh predator (katak pohon).

2. Mimikri Browerian

Fenomena ini dianggap mirip dengan mimikri Batesian, namun terjadi di antara individu dalam satu spesies. Fenomena ini ditemukan oleh Lincoln P. Brower dan Jane Van Zandt Brower, dan disebut juga automimicry. Mimikri ini muncul pada spesies-spesies kupu-kupu, misalnya D. plexippus yang makan tumbuhan milkweed yang kadar racunnya bervariasi. Keuntungan dari mimikri ini adalah, jika predator makan pada beberapa individu larva atau imago, dan kemudian menemukan bahwa salah satu individu berasa sangat tidak enak, maka predator tersebut akan segera berhenti menyantapnya, dan meninggalkan koloni kupu-kupu tersebut. Artinya, beberapa individu menjadi tumbal bagi keselamatan seluruh individu yang tersisa.

3. Mimikri Peckhamian

Serangga yang menerapkan mimikri jenis ini (disebut mimikri Peckhamian merujuk pada penemunya, George dan Elizabeth Peckhman) akan meniru ciri-ciri serangga yang tidak berbahaya atau mungkin berguna untuk “menipu” inang atau mangsanya, sehingga memudahkannya memangsa tanpa dicurigai oleh anggota koloni mangsanya. Contohnya misal pada tiga spesies lalat syrphid predator genus Microdon yang meniru pupa semut inangnya (genus Camponotus dan Formica). Pengamatan oleh Garnett et al (1985) membuktikan bahwa larva instar 1 dan 2 Microdon mampu menirukan morfologi, bahkan “bau” khas pupa kedua spesies semut tersebut dengan sangat mirip, sehingga memungkinkan mereka dapat memangsa pupa-pupa semut tersebut.

Contoh lain adalah pada kunang-kunang Photuris betina yang mampu mengeluarkan pola kerlip cahaya yang mirip dengan pola kerlip cahaya kunang-kunang jenis Photinus. Akibatnya, kunang-kunang jantan Photinus terpikat oleh ajakan kawin si Photuris, yang berujung pada maut, karena begitu sampai, sang “betina” ternyata adalah calon pemangsanya! Yang lebih hebat lagi, dengan memangsa Photinus, betina Photuris akan mendapatkan senyawa steroid lucibufagins yang bermanfaat sebagai senyawa pertahanan dari si mangsa.

B. Kamuflase

Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk mencari makan. Ada beberapa jenis kamuflase seperti menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, ada juga yang tidak menyembunyikan sama sekali, tapi menakuti hewan lain dengan menyamarkan diri sebagai sesuatu yang berbahaya atau tidak menarik.

Lingkungan menjadi faktor paling penting dalam proses kamuflase. Teknik kamuflase sederhana adalah dengan mencocokkan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, berbagai elemen dari habitat alami dapat disebut sebagai model untuk kamuflase. Karena tujuan akhir dari kamuflase adalah untuk bersembunyi dari hewan lain, fisiologi dan perilaku predator hewan atau mangsa sangat signifikan. Binatang tidak akan mengembangkan setiap kamuflase yang tidak membantu bertahan hidup, jadi tidak semua hewan berbaur dengan lingkungan dengan cara yang sama. Misalnya, tidak ada gunanya binatang mereplikasi warna sekitarnya jika predator utamanya buta warna.
lizard_camouflage01.jpg

C. Autotomi

Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
images.jpg

D. Mengeluarkan bau atau cairan tubuh

Pola perilaku pertahanan diri ini, biasannya di lakukan oleh hewan-hewan tertentu untuk menghindari pemangsannya atau merasa jiwanya terancam. Hewan yang mengeluarkan bau atau cairan tubuhnya saat merasa dirinya terancam contohnya adalah sigung, Mamalia hitam dengan garis putih Ini telah mendapatkan gelar hewan terbau di dunia, ia akan mengeluarkan bom bau ketika merasa terancam.

Bahkan kemudian, mereka akan memberikan sinyal beberapa peringatan, seperti mendesis, menghentakkan kaki mereka, atau mengangkat ekor mereka di udara sebelum mengeluarkan bau mereka. Semprotan berbahaya Sigung ‘dapat menyebar sejauh 10 kaki (3 meter), tetapi mereka hanya dapat menggunakan 5 sampai 6 kali semprotan sebelum mereka mengisi pasokan bom bau, yang dapat berlangsung hingga 10 hari. Semprotan ini tidak mematikan, namun bau sigung cukup untuk membuat predator apapun mengevakuasi daerah tersebut, dan bau tetap terasa selama berhari-hari, yang dapat membuat korban merasa sangat tidak nyaman.