Banyak sekali jenis burung di alam ini yang memiliki kemampuan dan keunikan yang berbeda-beda. Telah kita ketahui bersama jika pada umumnya kemampuan burung yaitu bisa terbang melambung tinggi di udara. Begitu dekat dengan awan dan bermain angin seolah-olah dunia ini milik mereka.

Akan tetapi ada jenis burung yang memiliki keunggulan lain yakni berenang dan juga menyelam. Pada umumnya jenis burung yang memiliki kemampuan ini adalah jenis burung pemakan ikan. Ternyata ada beberapa jenis burung yang pintar berenang dan juga pintar menyelam. Berikut ulasan mengenai 3 jenis burung yang sangat ahli berenang dan menyelam.

Daftar isi konten dalam artikel ini

1. Burung Loon

Burung Loon
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Print Friendly

Burung Loon

Burung Loon atau yang juga dikenal dikenal divers ini termasuk kelompok burung akuatik yang bisa dijumpai di berbagai tempat di Amerika Utara dan juga di wilayah utara Eurasia. Terdapat 5 spesies burung loon, yaitu:

  1. Red-throated loon
  2. Pacific loon
  3. Arctic loon
  4. Yellow-billed loon
  5. Common loon

Jenis common loon merupakan spesies burung yang paling banyak dan paling terkenal. Tidak hanya itu saja, jenis burung loon ini juga termasuk satu-satunya jenis burung loon yang berkembang biak hingga sampai ke New Hampshire. Burung loon umurnya bisa mencapai 30 tahun, burung ini juga memiliki ukuran sebesar bebek besar dan menyerupai burung ketika berenang. Apabila dilihat sekilas, maka penampilan burung loon yang berenang sangat mirip dengan bebek yang besar dan juga mirip dengan angsa yang kecil.

Ciri khas dari burung loon ini yaitu memiliki bulu berwarna putih dan hitam ini memiliki bagian paruh yang berbentuk seperti halnya tombak. Burung loon juga dikenal sebagai burung yang bisa berenang dengan baik. Mereka akan memakai kakinya untuk mendayung. Lalu bagian sayapnya digunakan untuk menggerakkan tubuhnya ketika berada di dalam air.

Burung ini pada umumnya tidak suka jika berada di daratan. Hal ini disebabkan, burung loon mempunyai kaki yang berada jauh di belakang, sehingga dirinya akan susah berjalan.

Semua burung loon adalah penerbang yang baik, meski spesies yang lebih besar mengalami kesulitan untuk lepas landas dan harus berenang untuk mencapai kelajuan terbang. Hanya burung loon berleher merah (Red-throated loon) yang mampu lepas landas dari daratan. Sekali berada di udara, stamina mereka dapat bertahan untuk terbang jauh ke selatan selama musim dingin. Kecepatan terbang burung loon bisa mencapai 120 km per jam selama melakukan migrasi.

Burung loon mencari mangsa dengan mengandalkan penglihatan mereka yang sangat tajam. Makanan utama burung ini adalah ikan. Burung loon juga suka memilih danau yang jernih, karena mereka bisa mengamati mangsa dengan lebih mudah pada air yang jernih.

2. Burung Grebe

Burung Grebe
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Print Friendly

Burung Grebe

Jenis burung yang pintar berenang selanjutnya adalah burung Grebe. Jenis burung ini tersebar di banyak perairan air tawar. Burung grebe terkadang mengunjungi lautan jika sedang bermigrasi di musim dingin. Burung ini memiliki kaki yang berada jauh di belakang. Kaki tersebut pada umumnya digunakan untuk berlari secara cepat di atas permukaan air, namun burung ini sering juga terjatuh.

Ukuran burung grebe bervariasi, ada yang kecil dan ada juga yang besar. Burung grebe yang ukurannya paling kecil, memiliki berat badan sekitar 120 gram. Sedangkan burung grebe yang besar, berat badannya bisa mencapai sekitar 1,7 kilogram. Kepakan sayap burung grebe juga tidak terlalu lebar sehingga ia tidak bisa terbang tinggi. Untuk menjauhi bahaya, burung ini memiliki kemampuan menyelam di dalam air.

Dua spesies burung grebe yang berada di Amerika Selatan tidak dapat terbang sama sekali. Mereka merespon bahaya dengan cara menyelam. Paruh burung grebe bervariasi, dari pendek dan tebal hingga panjang dan runcing, tergantung jenis mangsanya, yang berkisar dari serangga air hingga crustacea.

Bulu yang dimiliki burung grebe juga sangat padat serta bisa tahan terhadap air. Mereka juga dapat mengatur gaya apung tubuhnya, bahkan sesekali burung ini juga berenang dengan hanya memperlihatkan pada bagian kepala dan lehernya saja. Ketika bukan musim kawin, burung grebe berwarna coklat gelap dan putih. Ketika musim kawin tiba, mereka memiliki tanda mirip chestnut di bagian kepala mereka, dan menampilkan ritual atau tarian tertentu.

Burung grebe muda, khususnya dari genus Podiceps, kadang-kadang merontokkan bulu-bulu muda mereka bahkan setelah mencapai ukuran dewasa. Ketika membersihkan diri, burung grebe seringkali memakan bulu mereka sendiri dan memberikannya kepada anak-anak mereka sebagai makanan. Hal ini dipercaya untuk membiasakan burung grebe muda untuk menerima makanan yang halus terlebih dahulu dan juga untuk meningkatkan ketahanan tubuh mereka terhadap parasit lambung.

Burung grebe juga dikenal sebagai hewan terbesar yang bisa berjalan di atas air. Maklum, burung ini mempunyai ukuran cukup besar dibanding bebek biasa, dengan jenis terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai hampir satu meter. Ilmuwan telah memecahkan misteri bagaimana cara burung penyelam ini bisa berjalan di atas air. Berdasarkan penelitian Universitas Harvard, rahasia kemampuan berjalan di atas air burung grebe terletak di telapak kakinya.

Burung grebe mempunyai telapak kaki yang pipih dan lebar, sekilas mirip telapak kaki cicak. Selain kaki, burung ini mempunyai rahasia lain untuk berjalan di atas air, yaitu kecepatan melangkah kakinya. Untuk bisa memaksimalkan fungsi kaki pipihnya itu, burung grebe bisa berlari dengan kecepatan 20 langkah tiap satu detik. Kaki kilat itu membuat tubuh burung grebe lebih ringan hingga 55 persen. Akhirnya, burung ini mampu berjalan atau berlari di atas air.

Menariknya, aksi berjalan di atas air burung grebe dilakukan demi menjadi yang tercepat mendapat betina untuk pasangan kawin. Saat beberapa burung grebe melakukan ritual kawin itu, mereka terlihat seakan-akan sedang berdansa di atas air. “Burung-burung ini mampu berlari di atas air untuk mendapat pasangan kawin. Dan sebagai hewan terbesar yang bisa ‘berjalan’ di atas air, burung grebe adalah contoh terbaik untuk mengembangkan teknologi yang memungkinkan manusia berjalan di atas air,” tulis Glenna Clifton, ilmuwan Universitas Harvard, di Jurnal Experimental Biology.

3. Burung Kormoran atau Pecuk

Burung Komoran
  • Facebook
  • Twitter
  • Pinterest
  • Print Friendly

Burung Komoran

Burung kormoran atau pecuk lebih sering berkeliaran di sekitar pantai dan ditemukan di seluruh dunia kecuali di kepulauan di tengah-tengah Samudra Pasifik. Semua spesies burung pecuk adalah pemakan ikan, belut kecil, bahkan ular laut.Burung kormoran pada umumnya menyelam di dekat permukaan air serta memakai kakinya untuk mendayung. Beberapa spesies diketahui mampu menyelam hingga kedalaman 45 meter. Burung ini pada umumnya juga akan masuk ke dalam air untuk menangkap ikan. Setelah itu mereka akan kembali ke tepi pantai untuk menjemur sayapnya di bawah matahari.

Burung Kormoran juga mempunyai kelenjar khusus yang membuat bulu mereka bisa tahan terhadap air. Akan tetapi ada juga yang berkata, tanpa kelenjar itu pun, bulu burung kormoran tetap bisa tahan terhadap air. Perilaku merentangkan dan menjemur sayap dilakukan oleh banyak jenis burung kormoran, bahkan dilakukan juga oleh kormoran galapagos yang tidak dapat terbang.

Fungsi lain dari perilaku berjemur ini diduga berkaitan dengan pengaturan termal atau panas tubuh, membantu pencernaan, untuk keseimbangan tubuh, atau indikasi kehadiran ikan atau mangsanya. Kajian-kajian yang dilakukan terhadap pecuk-padi besar menyimpulkan bahwa perilaku ini ditujukan untuk mengeringkan bulu-bulunya.

Pecuk bersarang dalam koloni pada pepohonan, pulau karang, atau tebing-tebing curam di tepi laut. Telur mereka berwarna biru, dan umumnya hanya berjumlah satu butir setiap tahunnya. Anak pecuk diberi makan dari muntahan induk mereka. Sungai Lijang adalah sebuah sungai yang melewati provinsi Guangxi, Tiongkok. Sungainya besar dan banyak ikannya. Karena banyak ikan, burung kormoran suka terbang menyusuri aliran sungai untuk menangkap ikan.

Air sungai yang jernih memudahkan kormoran melihat kawanan ikan dari atas. Koromoran dengan cepat menukik ke permukaan air, lalu menyelam. Beberapa detik kemudian, kormoran muncul ke permukaan dengan membawa ikan di paruhnya dan langsung terbang.

Keahlian burung kormoran dalam menangkap mangsa (ikan) menarik perhatian nelayan yang tinggal di sekitar Sungai Lijiang. Para nelayan menangkap burung kormoran untuk dijinakkan dan dilatih untuk menyetor ikan hasil tangkapannya. Meskipun burung kormoran bisa dijinakkan, tetapi sewaktu-waktu burung ini bisa kabur entah kemana. Agar burung tidak terbang kemana-mana, nelayan mengikat kaki burung kormoran dan menambatkannya pada perahu. Saat hendak mencari ikan, hal yang dilakukan nelayan adalah mengikatkan tali pada leher burung agar burung tidak bisa menelan ikan hasil tangkapannya.

Setelah siap, nelayan akan mengayuh rakit ke tengah sungai tempat ikan berkumpul. Sesampai di tempat yang banyak ikan, burung diterjunkan ke sungai. Sudah menjadi naluri burung kormoran, begitu terjun ke sungai, burung kormoran akan menyelam dan memburu ikan dan menangkapnya.

Setelah ikan didapat, burung akan naik ke permukaan dengan mengigit ikan hasil tangkapan di paruhnya. Para nelayan menarik tali yang mengikat burung ke arah rakit dan mengambil ikan tersebut dari paruhnya. Selesai menangkap banyak ikan, nelayan akan memberikan upah beberapa ikan untuk dimakan si burung.

Tradisi menjinakkan burung kormoran untuk menangkap ikan sudah dilakukan nenek moyang bangsa Tionghoa sejak tahun 900-an. Meskipun tradisi ini masih ada, menangkap ikan menggunakan burung kormoran terutama dilakukan untuk atraksi wisata. Selain di negeri Tiongkok, tradisi menangkap ikan dengan menggunakan burung kormoran juga dilakukan di Jepang, Yunani, Makedonia, dan Peru.