Berang-berang adalah mamalia yang hidup dan mencari makan di daerah-daerah lahan basah. Salah satu habitat tempat mencari makannya adalah sawah. Berang-berang yang suka mencari makan di area persawahan adalah berang-berang jenis Aonyx cinereus, dalam bahasa Inggris hewan mamalia ini disebut dengan nama small-clawed otter atau dalam bahasa Indonesianya disebut berang-berang cakar kecil. Di daerah jawa jenis juga dikenal dengan nama “sero”. Sebenarnya ada empat jenis berang-berang di Indonesia. Lebih lengkapnya dapat dibaca pada tulisan ini.

Adanya berang-berang di sawah dapat diketahui dari tanda-tanda keberadaannya. Tanda-tanda keberadaannya itu adalah jejak, kotoran, luncuran, sisa makanan, dan kerusakan rumpun padi. Berikut pemaparan tentang tanda-tandanya tersebut.

1. Jejak

Jejak berang-berang memiliki jari lima buah dengan jari yang memanjang, berselaput renang diantara jarinya. Tidak seperti jenis berang-berang lainnya, jejak jenis ini biasanya tidak memperlihatkan cakar. Karena hewan ini memiliki kuku yang pendek dan tidak memanjang keluar dari ujung jari, karena itulah diberi nama berang-berang cakar kecil atau short-clawed otter. Ukuran lebar jejak kaki depan adalah ±4cm dan kaki belakang ±5cm.

Di area persawahan jejak yang jelas biasanya ditemukan di daerah yang berlumpur, dan tidak tergenang air. Jika ditemukan rangkaian jejak yang panjang yang disebut track trail, pola jejaknya akan tampak dengan gaya jalan yang melompat-lompat kecil, terlihat dari jejaknya yang agak mengumpul empat-empat buah. Dalam praktek di lapangannya, akan cukup susah dalam menemukan jejak yang bagus, karena biasanya jejak kaki depan akan ditimpa oleh jejak kaki belakang yang membuat jejak menjadi kacau dan tidak jelas.

2. Kotoran berang-berang

Berang-berang memiliki kotoran yang sangat khas. Saking khasnya, petani sawah sangat mengenalnya, jika ada kotoran ini di area persawahan. Petani menyebut kotoran ini sebagai muntah berang-berang. (Baca juga Mitos seputar berang-berang). Kotoran berang-berang ini berbau sangat busuk dan amis, mirip sekali dengan muntah. Uniknya berang-berang punya WC umum, artinya jika koloni berang-berang berada pada daerah tersebut, maka mereka akan membuang kotorannya pada suatu titik bersama-sama. Persis sekali seperti WC umum, dan lokasinya biasanya tetap.

Berang-berang memilih lokasi yang akan dijadikan WC umumnya itu adalah suatu titik yang khas, tidak pada sembarangan pematang sawah. Mereka akan memilih lokasi yang sepertinya mudah diingat (atau bertanda) yaitu: di dekat pangkal pohon, dekat pondok, jembatan, percabangan saluran irigasi, dan di pinggir kolam.

3. Kerusakan rumpun padi

Tanda keberadaan berang-berang yang juga terkenal bagi petani adalah kerusakan rumpun padi. Rumpun padi akan dihimpit-himpit oleh badannya sehingga akan patah-patah. Mungkin berang-berang merasa gatal-gatal berguling-guling di atas rumpun padi. Hal ini cukup membuat hewan ini sebagai musuh bagi petani, padahal jika dihitung tingkat kerusakannya sangat sedikit sekali. Kira-kira 4-7 rumpun padi dirusak, yaitu pada petak sawah yang berada dekat dengan lokasi kotorannya, entah apa hubungannya kerusakan rumpun padi ini dengan lokasi kotoran. Dari pengalaman di lapangan, dari sehamparan luas sawah sejauh mata memandang, paling-paling ditemukan 3 buah lokasi kotoran. Ya, berarti hanya tiga petak sawahlah yang dapat sialnya dirusak sama hewan ini. WC umum berang-berang itu biasanya tetap, berarti orang yang punya sawah tersebut rutin menemukan ini tiap musim tanamnya. Dari hasil wawancara, ternyata rumpun padi ini pun masih bisa tegak dan tumbuh kembali.

4. luncuran (Sliding site)

Berang-berang adalah hewan yang suka bermain-main termasuk main seluncur-seluncuran. Kadang-kadang kita bisa menemukan luncurannya di pematang sawah yang agak tinggi. Penemuan luncuran ini akan dipastikan berasal dari hasil kerja berang-berang jika kita juga menemukan jejaknya.

5. Sisa makanan: ikan dan keong mas

Sisa ikan dapat ditemukan di pematang sawah, terutama jika ada budidaya ikan didekat daerah tersebut. Sisa ikan yang bisa ditemukan, biasanya adalah ikan budidaya seperti ikan mas atau ikan nila yang berukuran cukup besar sehingga tidak habis dimakan oleh berang-berang.

Sisa cangkang keong mas yang dimakan oleh berang-berang juga bisa ditemukan di pematang sawah. Sisa keong mas ini berupa cangkang yang ditemukan dalam keadaan kosong, dengan bekas gigitan yang rapi mengikuti alur putaran cangkang. Tumpukan cangkang keong mas biasanya juga ditemukan di pinggir pematang sebagai usaha dari petani untuk membua